Review Ip Man 4: The Finale (2019)

Liputan Bioskop 88 Reply 05:55
 Review Ip Man 4: The Finale (2019)






Ip Man 4: The Finale adalah seri penutup Ip Man series, setelah sebelumnya Ip Man (2008), Ip Man 2 (2010), Ip Man 3 (2015) serta spin off-nya Master Z: Ip Man Legacy (2018). Kursi sutradara masih diduduki oleh Wilson Yip. Naskah juga masih ditulis oleh Edmond Wong, serta diproduseri juga oleh Raymond Wong sejak film pertamanya.

Selain Donnie Yen yang kembali menjadi sang master Wing Chun ini, film ini dibintangi oleh Wu Yue, Scott Adkins, Kwok-Kwan Chan, Vanness Wu, Chris Collins, Grace Englert, Kent Cheng, & aktris cantik keturunan Cina – Jerman berusia 16 tahun yang bernama Vanda Margraf.



Setelah istrinya meninggal, Ip Man tinggal bersama putranya. Sang master divonis mengidap kanker karena kebiasaannya merokok. Ip Man berniat menyekolahkan anaknya ke AS, meski anaknya menolaknya. Selain itu, dia diundang oleh muridnya Bruce Lee (Kwok-Kwan Chan) untuk menyaksikannya bertanding.

Sesampainya di Negeri Paman Sam, Ip Man melihat kenyataan bahwa warga Cina sebagai minoritas mendapat perlakuan tak adil dari warga kulit putih. Masalah lain ialah agar bisa bersekolah di San Francisco, membutuhkan surat referensi dari Wan Zong Hua (Wu Yue), selaku ketua CCBA (Perkumpulan warga Cina di AS).

Wan Zong Hua awalnya tidak mudah memberikan surat referensi tersebut. Hingga suatu hari Ip Man bertemu dengan putrinya Wan Zong Hua yang bernama Yonah (Vanda Margraf) yang mendapat perlakuan rasis dan kerap dibully oleh Becky (Grace Englert), teman sekolahnya. Yonah yang diserang oleh teman-temannya Becky lantas dibantu oleh Ip Man yang kebetulan berada di sekolah itu.



Di tempat lain, Hartman Wu (Vanness Wu), seorang marinir berusaha meyakinkan komandannya Barton Geddes (Scott Adkins) untuk memasukkan Wing Chun di program militernya.

Barton lantas tak setuju dan menghina Wing Chun. Semua perlakuan ini membuat Ip Man harus kembali menggunakan kemampuannya untuk melawan.





Dibandingkan film-film sebelumnya, sisi manusiawi kini terlihat dominan. Tapi plot cerita tidak mengalami perkembangan yang menarik, karena sama-sama mendapat perlakuan tidak adil. Setelah Jepang, Inggris, kini giliran AS yang menjadi musuh.

Adegan aksi serta pertarungan masih menjadi unggulan film berdurasi 105 menit ini. Semua koreografi aksi di film ini terlihat sangat hebat dan akan membuat penonton menahan nafas. Adegan adu tenaga dalam di meja makan merupakan salah satu scene terbaik di film ini.



Setting San Francisco era 1960-an ditampilkan dengan sangat bagus. Sinematografi yang digarap oleh Siu-Keung Cheng sangat ciamik, dan digabungkan dengan scoring Kenji Kawai mampu menyuguhkan kombinasi yang patut diacungi jempol.

Scene Bruce Lee ketika menghajar salah satu musuhnya di gang sempit di malam hari akan menjadi scene yang akan membuat anda terpukau.

Untuk akting para cast, semua tampil baik. Kwok-Kwan Chan yang menjadi Bruce Lee terlihat meyakinkan dengan ciri khasnya, serta Scott Adkins yang mejadi antagonis tampil begitu meyeramkan dan memberi ketakutan tiap kemunculannya.





Satu yang mencuri perhatian saya adalah Vanda Margraf, gadis berusia 16 tahun keturunan Cina – Jerman yang memerankan Yonah. Vanda tampil dengan sangat baik dan cantik sekali di debut film layar lebarnya.

Yonah yang diceritakan sebagai imigran Cina mengalami intimidasi, dipukuli oleh teman-teman sekolahnya yang berkulit putih bahkan sampai dipaksa dipotong rambut panjangnya. Aktingnya yang begitu bagus menuai pujian dari penonton hingga membuat Vanda sukses mencuri perhatian.

Vanda mempersiapkan suting dengan berlatih tai chi satu bulan sebelumnya. Vanda ditemukan oleh sutradara Wong Kar Wai ketika baru berusia 15 tahun. Cewek kelahiran 18 Juni 2003 ini mempunyai ayah seorang ahli biologi, Josef Margraf dan ibu seorang pecinta lingkungan, Li Minguo.




Walau ceritanya sedikit membosankan, tapi penonton akan disuguhi pertarungan-pertarungan hebat seperti di film-film sebelumnya. Para penggemar franchise ini tentu akan senang di penutup kali ini. Setting San Francisco yang menawan ditambah tampilnya sosok Bruce Lee tentu tak boleh dilewatkan.

Adanya tribute berupa potongan film dari film pertamanya sampai film ketiga akan membuat penonton bernostalgia serta keluar bioskop dengan bahagia.



Ip Man 4: The Finale sukses meraup lebih dari 1,7 juta Dolar AS dalam tiga hari sejak rilis di bioskop pada 20 Desember.

Akan tayang di bioskop Indonesia hanya di XXI mulai tanggal 31 Desember 2019.

Related Posts

Film Asia 7674245446730279874

Post a Comment

Search

Blog Archive